BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Al-Qur’an
adalah wahyu Allah yang diturunkan kepada nabi Muhammad SAW melalui malaikat
jibril. Al-Qur’an berisi berbagai aspek kehidupan manusia. Al-Qur’an merupakan
pedoman dan petunjuk bagi umat islam dalam segala bidang. Salah satunya adalah
bidang Pendidikan. Pendidikan identik dengan kata Pendidik. Karena Pendidik
adalah salah satu orang yang melaksanakan pendidikan.
Diantara
Surah-surah dalam Al-Qur’an yang mengkaji tentang Pendidik adalah Surah
Ar-Rahman ayat 1- 4, An-Najm ayat 5-6, An-Nahl ayat 43-44, dan Al-Kahfi ayat
66. Untuk memahami ayat-ayat tersebut diperlukan adanya penafsiran, sebab dalam
memahami ayat-ayat Al-Qur’an tidak dapat dipahami secara tekstual normatif
saja, namun dengan kontekstual aplikatif agar apa yang kita kaji sesuai dengan
pesan yang disampaikan didalam Al-Qur’an.
Ayat-ayat
tersebut akan kita kaji didalam pembahasan makalah ini dan disesuaikan dengan
fenomena-fenomena pendidik dalam dunia pendidikan islam. Ayat-ayat tersebut
sebagai tolak ukur pendidik sekarang dengan pendidik yang termaktub didalam
ayat-ayat tersebut.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan
latar belakang tersebut perlunya kami merumuskan masalah sebagai berikut:
1.
Bagaimana
penjelasan Q.S Ar-Rahman ayat 1-4 ?
2.
Bagaimana
penjelasan Q.S An-Najm ayat 5-6 ?
3.
Bagaimana
penjelasan Q.S An-Nahl ayat 43-44 ?
4.
Bagaimana
penjelasan Q.S Al-Kahfi ayat 66 ?
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Surah Ar-Rahman ayat 1-4
Ar-Rahman
terdiri dari 78 ayat, termasuk kelompok surah Madaniyah, diturunkan sesudah
surah Ar-Ra’d. Dinamakan Ar-Rahman (Yang Maha Pemurah), dimbil dari kata
Ar-Rahman yang terdapat pada ayat pertama. Ar-Rahman adalah salah satu dari
nama-nama Alla. Sebagian besar dari isi surah ini menerangkan kemurahan Allah
kepada hamba-hambanya, dengan memberikan nikmat-nikmat yang tidak terhingga
kepada mereka baik di dunia maupun di akhirat.
a.
Ayat 1-4
الرَّحْمَنُ
(١) عَلَّمَ الْقُرْآنَ (٢) خَلَقَ الإنْسَانَ (٣) عَلَّمَهُ الْبَيَانَ (٤)
Artinya :
1. (tuhan) yang Maha pemurah,
2. yang telah mengajarkan Al Quran.
3. Dia menciptakan manusia.
4. mengajarnya pandai berbicara.
Pada terakhir
surah Al-Qamar dinyatakan bahwa orang yang bertakwa akan hidup didalam surga
disisi Allah yang maha kuasa. Pada ayat-ayat berikut dijelaskan tentang Allah
yang Maha Mengasihi hamba-hambanya dengan berbagai nikmat.
b.
Asbabun Nuzul
Dalam Q.S Ar-Rahman ayat 1-4 tidak
terdapat asbabun nuzul.
c.
Tafsir
(1-2) Kata Ar-Rahman adalah Allah
yang mencurahkan rahmat kepada seluruh makhluknya dalam kehidupan di dunia baik
manusia, jin, yang taat maupun yang durhaka, malaikat, binatang,
tumbuh-tumbuhan dan lain-lain. Itulah rahmat Allah secara umum.
Kemudian Allah
melimpahkan rahmat dan nikmatnya yang teragung yaitu mengajarkan Al-Qur’an
kepada nabi Muhammad yang selanjutnya diajarkan kepada umatnya. Karena dengan
mengikuti ajaran Al-Qur’an manusia akan berbahagia di dunia dan akhirat, dengan
berpeganng teguh pada petunjuk-petunjuk-Nya. Hal ini dinyatakan dalam ayat
kedua “Dialah yang telah mengajarkan Al-Qur’an”.[2]
Ayat ini turun sebagai bantahan bagi
penduduk Mekah yang mengatakan:
وَلَقَدْ نَعْلَمُ
أَنَّهُمْ يَقُولُونَ إِنَّمَا يُعَلِّمُهُ بَشَرٌ ۗ
Sesungguhnya
Al-Qur’an itu hanya diajarkan oleh seorang manusia kepadanya (Muhammad).
(An-Nahl/16: 103)[3]
Al-Qur’an
adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada nabi
Muhammad dengan lafal dan maknanya sebagai ibadah bagi siapa yang membacanya
dan menjadi bukti kebenaran mukjizat nabi Muhammad.
(3-4) Pada ayat
ini Allah menyebut nikmatnya yang lain yaitu penciptaan manusia. Sesudah Allah
menyatakan nikmat mengajarkan Al-Qur’an pada ayat sebelumnya maka pada ayat ini
Allah menciptakan jenis makhluknya yang terbaik yaitu manusia yang dapat
berpikir dan berbicara apa yang terungkap dalam hati dan pikirannya. Itulah
mengapa Al-Qur’an bisa diajarkan kepada umat manusia.
d.
Analisa
Dari penjelasan
ayat diatas dapat diambil garis besar bahwa tugas pendidik adalah mengamalkan
hikmah (ilmunya), sebagai suri tauladan muridnya dalam kehidupan sehari-hari
agar sesuai dengan syari’at islam. Dalam pepatah jawa pendidik dikenal dengan
sebutan “guru” digugu lan ditiru. Jadi murid akan mengikuti segala perkataan
dan perbuatannya. Akan tetapi realitas yang ada guru tidak mencerminkan sebagai
suri tauladan, dimana guru hanya sekadar menggugurkan kewajibannya untuk
memenuhi presensi terutama guru PNS, tidak bertanggung jawab atas kodratnya.
Banyak kasus guru yang berperilaku tidak etis, wajar jika diera modernisasi ini
terjadi krisis moralitas bagi anak bangsa.
e.
Aspek Tarbawi
a)
Yatluu
‘alaihim aayaatika (membacakan kepada mereka ayat-ayat-Mu). Artinya, seorang
guru dituntut agar dapat menyingkap fenomena kebesaran Allah (sifat ar-rahim)
kepada semua makhluknya, sehingga peserta didik dapat memahami dan mengikuti
pesan-pesan yang terkandung didalamnya.
b)
Yu’allihim
al-kitaab wa al-hikmah, mengajarkan kepada peserta didik pesan-pesan normatif
(keimanan, akhlak serta hukum-hukum) untuk kehidupan di dunia dan bekal
kehidupan di akhirat.
c)
Yuzakkiihim,pendidik
selain sebagai transfer of knowledge juga sebagai transfer of value.Prinsip
seorang pendidik dalam mengajar adalah ikhlas, demokrasi, kelembutan, dan kasih
sayang.
2.2 Surah An-Najm ayat 5-6
Surah An-Najm terdiri
dari 62 ayat, termasuk kelompok surah Makkiyah kecuali ayat 32 yang diturunkan
di Madinah. Surah ini diturunkan setelah surah Al-Ikhlas. Nama An-Najm
(bintang) diambil dari kata An-Najm pada ayat pertama dari surah ini. Allah
SWT. Bersumpah dengan An-Najm (bintang) ialah karena bintang-bintang yang
timbul dan tenggelam, sangat besar manfaatnya bagi manusia sebagai pedoman bagi
mereka dalam melakukan pelayaran di lautan, dalam perjalanan di padang pasir,
untuk menentukan peredaran musim, dan lain-lain sebagainya.
a.
Ayat 5 - 6
عَلَّمَهُ شَدِيدُ
الْقُوَى (٥) ذُو مِرَّةٍ فَاسْتَوَى (٦
Terjemahan
5.
Yang
diajarkan kepadanya oleh (Jibril) yang sangat kuat.
6.
Yang
mempunyai akal yang cerdas dan (Jibril itu) Menampakkan diri dengan rupa yang
asli (rupa yang bagus dan perkasa).
b.
Munasabah
Di akhir surah
At-Thur memerintahkan Rasulullah untuk bersabar atas sikap keras kepala
orang-orang kafir dan musyrik terhadap dakwahnya, jangan bersedih hati
sebagaimana Allah berpesan kepada Rasul untuk bertasbih memuji Tuhan, baik
dipagi hari maupun waktu malam. Diawal surah An-Najm ini, Allah bersumpah
dengan makhluknya yaitu bintang, bahwa Rasul adalah benar tidak melakukan
kekeliruan dan Al-Qur’an adalah wahyu Allah yang diturunkan melalui malaikat
Jibril.
c.
Asbabun Nuzul
Dalam surah
An-Najm ayat 5-6 tidak terdapat asbabun nuzul.
d.
Tafsir
(5) Dalam ayat
ini Allah SWT menerangkan bahwa nabi Muhammad SAW (kawan mereka itu/
orang-orang Quraisy) diajari oleh malaikat jibril. Jibril ialah makhluk yang
sangat kuat, baik ilmu maupun perbuatannya. Jibril sangat terpercaya
perkataannya sebab kecerdasanya yang kuat terhadap tugasnya yang diperintahkan
Allah SWT.
Kemudian nabi
Muhammad SAW mempelajarinya dan mengamalkannya. Ayat ini merupakan jawaban dari
perkataan mereka yang mengatakan bahwa Muhammad SAW itu hanyalah tukang dongeng
yang mendongengkan dongeng-dongeng (legenda-legenda)orang-orang dahulu. Dari
sini jelas bahwa nabi Muhammad bukan diajari oleh seorang manusia tapi diajari
malaikat Jibril yang sangat kuat.
(6) Allah SWT
telah menerangkan dalam ayat ini bahwa Jibril itu memiliki kekuatan yang luar
biasa. Sebagaimana dalam riwayatnya bahwa ia pernah mencukil negeri kaum Luth
yang waktu itu berada dibawah tanah. Lalu memanggulnya pada kedua sayapnya dan
diangkatnya negeri itu ke langit kemudian dibalikkan (dijatuhkan kebumi). Ia
juga menghembus kaum Samud hingga beterbangan sehingga mereka mati semua. Dan
apabila ia turun kebumi hanya membutuhkan waktu sekejap mata serta dapat
berubah menjadi manusia.
e.
Analisa
Dari penjelasan
diatas dapat diambil garis besar bahwa seorang guru harus cerdas dan kuat dalam
perkataan dan perbuatannya, antara keduanya harus sinkron. Jika dibandingkan
dengan realitas yang ada tidak semua guru mencerminkan seperti ayat di atas.
Aplikasi kesehariannya tidak sesuai dengan apa yang diajarkan. Fenomena
tersebut bisa disinergikan dengan guru yang korup terhadap waktu dan tidak
disiplin.Guru yang akhlaknya tidak mencerminkan sebagai panutan.
f.
Aspek Tarbawi
a)
Guru
harus cerdas dalam mengajar
b)
Guru
harus kuat menghadapi anak didiknya
c)
Guru
harus konsisten antara ucapan dan perbuatannya
2.3 Surah
An-Nahl Ayat 43-44
Surah ini
terdiri dari 128 ayat, ternasuk kelompok surah-surah Makkiyah, kecuali tiga
ayat yang terakhir. Ayat-ayat ini turun pada waktu Rasulullah saw kembali dari
peperangan Uhud.Surah ini dinamakan an-Nahl yang berarti “lebah” karena
didalamnya terdapat firman Allah ayat 68 yang artinya, “Dan Tuhanmu mewahyukan
kepada lebah”.
Lebah adalah
makhluk yang sangat berguna bagi manusia. Ada persamaan hakikat anatara madu
yang dihasilkan lebah dengan intisari yang terdapat didalam Al-Qur’an. Madu
berasal dari sari bunga dan menjadi obat yang telah diturunkan kepada para nabi
terdahulu ditambah dengan ajaran-ajaran yang diperlukan oleh semua bangsa
sepanjang masa untuk mencapai kebahagiaan dunia akhirat. Surah ini dinamakan
pula surah an-Ni’am yang berarti nikmat-nikmat, karena didalamnya Allah swt
menyebutkan beberapa nikmat untuk hamba-hamba-Nya.
a.
Ayat 43-44
{وَمَا أَرْسَلْنَا مِنْ قَبْلِكَ إِلا
رِجَالا نُوحِي إِلَيْهِمْ فَاسْأَلُوا أَهْلَ الذِّكْرِ إِنْ كُنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ
(43) بِالْبَيِّنَاتِ وَالزُّبُرِ وَأَنزلْنَا إِلَيْكَ الذِّكْرَ لِتُبَيِّنَ لِلنَّاسِ
مَا نزلَ إِلَيْهِمْ وَلَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُونَ (44) }.
Terjemahan
Dan Kami tidak
mengutus sebelum kamu (Muhammad), kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri
wahyu kepada mereka; Maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai
pengetahuan[828] jika kamu tidak mengetahui, (Mereka kami utus) dengan membawa
keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu
Az-Zikr (Al Quran), agar kamu menerangkan pada manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan, Yakni: orang-orang yang
mempunyai pengetahuan tentang Nabi dan kitab-kitab. Yakni: perintah-perintah, larangan-larangan,
aturandan lain-lain yang terdapatdalam Al Quran.
b.
Munasabah
Didalam
ayat-ayat yang lalu, Allah SWT menjelaskan bahwa kaum musyrikin mengingkari
kerasulan Muhammad SAW, dan menganiaya nabi dan pengikutnya sehingga mereka
hijrah menyelamatkan diri. Hal ini menunjukkan bahwa kaum musyrikin tidak
memerlukan nabi karena tidak meyakini hari kebangkitan dan pembalasan. Dalam
ayat-ayat ini, Allah SWT menjelaskan pengingkaran mereka dalam bentuk lain
untuk mendustakan kerasulan Muhammad SAW. Mereka menyangkal kerasulan Muhammad
dengan mengatakan bahwa Allah akan mengirim utusan, tentu ia akan mengutus
malaikat. Akan tetapi, alasan mereka tidak dapat dibenarkan karena selama ini
Allah hanya mengutus manusia sebagai rasul untuk manusia.
c.
Asbabun Nuzul
Ibnu Jarir
At-Thabari dan Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia berkata:
“ketika Allah mengutus Muhammad sebagai nabi, orang Arab mengingkarinya
kemudian turunlah ayat ini.[10]
d.
Tafsir
(43) Allah
menyatakan bahwa Dia tidak mengutus seorang rasulpun sebelum nabi Muhammad
kecuali manusia yang diberinya wahyu. Ayat ini menggambarkan bahwa rasul-rasul
yang diutus itu hanyalah laki-laki dari keturunan Adam a.s sampai nabi Muhammad
SAW yang bertugas membimbing umatnya agar mereka beragama Tauhid dan mengikuti
bimbingan wahyu. Oleh karena itu, yang pantas untuk melakukan hal itu adalah
rasul-rasul dari jenis mereka dan berbahasa mereka. Pada waktu itu nabi
Muhammad di utus, namun orang-orang Arab menyangkal bahwa Allah tidak mungkin
mengutus utusan yang berjenis manusia. Mereka menginginkan agar yang diutus
adalah seorang malaikat, seperti firman Allah dalam Q.S Al-Furqan ayat 7:
وَقَالُوا مَالِ
هَٰذَا الرَّسُولِ يَأْكُلُ الطَّعَامَ وَيَمْشِي فِي الْأَسْوَاقِ ۙ لَوْلَا أُنْزِلَ
إِلَيْهِ مَلَكٌ فَيَكُونَ مَعَهُ نَذِيرًا
Terjemahan
Dan mereka
berkata: "Mengapa rasul itu memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar?
Mengapa tidak diturunkan kepadanya seorang malaikat agar malaikat itu
memberikan peringatan bersama-sama dengan dia?,
(44) Setelah
itu Allah SWT menjelaskan bahwa rasul itu diutus dengan membawa mukjizat yang
membuktikan kebenaran mereka. Ayat ini juga menerangkan bahwa Allah menurunkan
Al-Qur’an kepada nabi Muhammad SAW supaya beliau menjelaskan kepada manusia
ajaran, perintah, larangan, dan aturan hidup yang harusmereka perhatikan dan
amalkan. Al-Qur’an juga mengandung kisah umat-umat terdahulu agar dijadikan
suri tauladan dalam menempuh kehidupan di dunia. Nabi Muhammad juga
diperintahkan untuk menjelaskan hukum-hukum yang terkandung dalam Al-Qur’an dan
merinci ayat-ayat yang bersifat global mengkhususkan yang bersifat umum,
membatasi yang mutlak dan lain-lain agar mudah dicerna dan sesuai dengan
kemampuan berpikir mereka.
Dalam akhir
ayat ini, Allah menegaskan agar mereka memikirkan kandungan isi Al-Qur’an
dengan pikiran yang jernih untuk memperoleh kesejahteraan hidup di dunia dan
kebahagiaan di akhirat.
e.
Analisa
Penjelasan Ayat
diatas berkaitan dengan pengutusan nabi Muhammad sebagai rasul oleh Allah SWT
yang diingkari oleh orang-orang Arab karena rasul sendiri dari golongan manusia
bukan malaikatserta mukjizat Al-Qur’an yang diberikan kepada beliau berupa
kebenaran yang berisi aturan dan larangan dalam kehidupan dunia. Kita sebagai
mahasiswa harus kritis terhadap fenomena-fenomena aktual diera-modernisasi ini,
banyak orang yang mengikuti jejak para tokoh idolanya seperti penyanyi Korea,
bintang film ternama dan lain sebagainya. Mereka sangat menyanjungnya secara
berlebihan, padahal mereka bukan siapa-siapa, mereka meniru dan mengikuti gaya
hidup yang diidolakannya sampai ia tidak sadar apa yang diperbuatnya tersebut,
apalagi banyak orang muslim yang mengidolakan orang non muslim. Seharusnya yang
patut ditiru dan diteladani serta dicintai adalah Rasul kita Nabi Muhammad SAW,
sebagai utusan Allah SWT, beliau dalah pendidik kita sebagai umat muslim yang
membawa petunjuk kehidupan kita sesuai amalan yang terdapat didalam Al-Qur’an.
f.
Aspek Tarbawi
1).
Junjunglah
tinggi rasul kita, ikutilah petunjuk beliau
2).
Patuhilah
perintah dan nasihat guru
3).
Hormatilah
para pendidik kita
4).
Jika
anda ingin selamat dunia akhirat perhatikanlah rambu-rambu kehidupan yaitu
Al-Qur’an dan Al-Hadis.
2.3 Surah
Al-Kahfi Ayat 66
Surah ini
terdiri atas 110 ayat, termasuk golongan surah makkiyah. Dinamai Al-Kahfi
artinya gua dan Ashabul Kahfi yang artinya penghuni-penghuni gua. Kedua nama
ini diambil dari kisah yang terdapat di surah ini pada ayat 29-26 tentang
beberapa orang tersembunyi dan ditidurkan Allah di gua selama bertahun-tahun
lamanya. Selain kisah tersebut terdapat pula beberapa kisah dalam surah yang
kesemuanya mengandung iktibar dan penjelasan yang amat berguna bagi manusia
dalam menjalani kehidupannya.
a.
Ayat 66
قَالَ لَهُ مُوسَىٰ
هَلْ أَتَّبِعُكَ عَلَىٰ أَنْ تُعَلِّمَنِ مِمَّا عُلِّمْتَ رُشْدًا
Terjemahan
Musa berkata
kepada Khidhr: “Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku (ilmu
yang benar) di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu (untuk menjadi)
petunjuk ?”
b.
Munasabah
Pada ayat-ayat
yang lalu, Allah menjelaskan betapa keras kepala dan ingkarnya orang-orang
musyrik dan orang-orang kafir yang menolak seruan yang disampaikan Rasulullah
SAW. Padahal, perumpamaan dan kisah orang-orang yang dibinasakan Allah karena
pembangkangan mereka, banyak dipaparkan dalam Al-Qur’an. Pada ayat-ayat berikut
ini, digambarkan betapa gigihnya hati nabi Musa a.s untuk mendapatkan kebenaran
dan kedalaman ilmu. Betapapun sulit dan penuh bahaya suatu perjalanan dan
sukarnya cara yang harus ditempuh, namun ia pantang menyerah.[14]
c.
Asbabun Nuzul
Dalam Q.S
Al-Kahf ayat 66 tidak terdapat asbabun nuzul.
d.
Tafsir
Dalam pertemuan
kedua tokoh ini Musa berkata kepadanya, yakni kepada hamba Allah yang
memperoleh ilmu khusus itu, “bolehkah aku mengikutimu secara bersungguh-sungguh
supaya engkau mengajarkan kepadaku sebagian dari apa, yakni ilmu-ilmu yang
telah diajarkan Allah kepadamu untuk menjadi petunjuk bagiku menuju kebenaran?”
Dalam ayat ini,
Allah menggambarkan secara jelas sikap nabi Musa sebagai calon murid kepada
calon gurunya dengan mengajukan pemintaan berupa pertanyaan. Itu berarti nabi
Musa sangat menjaga kesopanan dan merendahkan hati. Beliau menempatkan dirinya
sebagai orang yang bodoh dan mohon diperkenankan mengikutinya, supaya Khidir
sedia mengajarkan ilmu yang telah diberikan kapadanya. Sikap demikian memang
seharusnya dimiliki oleh setiap pelajar dalam mengajukan pertanyaan kepada
gurunya.[16]
e.
Analisa
Analisa yang
kami dapatkan dari penjelasan diatas adalah kitaharus sabar dalam menunut ilmu,
taat kepada sang guru, berjuang untuk mendapat ilmu yang bermanfaat serta tidak
boleh sombong atas apa yang kita miliki sebab semuanya hanya titipan dari Allah
SWT. Berkaitan hal demikian, ada sebuah kisah nyata antara seorang guru dan
murid, konteks ayat diatas adalah guru sabar dalam mengajar, sebaliknya murid
juga harus sabar dalam menuntut ilmu, namun dalam kisah tersebut seorang guru
tidak sabar menghadapi muridnya dikelas, hingga ia melemparkan sepatu ke
muridnya, karena orang tuanya tidak menerima maka guru tersebut terjerat kasus
hukum. Insiden diatas sering kita dengar guru yang menggunakan kekerasan
terhadap peserta didik, namun banyak pula kita jumpai peserta didik yangtidak
hormat terhadap gurunya.
f.
Aspek Tarbawi
1).
Bersabarlah
dan berjuanglah dalam menuntut ilmu
2).
Siapapun
guru kita, hormatilah dan sayangilah beliau
3).
Ikutilah
dan bertanyalah kepada orang-orang yang berpengetahun.
4).
Berkumpulah
dengan orang-orang soleh.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
1).
Q.S Ar-Rahman
ayat 1-4
Ayat ini
menjelaskan kenikmatan-kenikmatan yang diberikan Allah diantaranya: nikmat yang
diberikan kepada seluruh makhluknya, nikmat mengajarkan Al-Qur’an kepada nabi
Muhammad, nikmat menciptakan manusia dan memberikan akal pikiran untuk dapat
mengungkapkannya (berbicara).
2).
Q.S
An-Najm ayat 5-6
Pada ayat ini
menjelaskan bahwa nabi Muhammad diajarkan membaca Al-Qur’an oleh malaikat
Jibril, yang memiliki kekuatan-kekuatan luar biasa.
3).
Q.S
An-Nahl ayat 43-44
Penjelasan
dalam ayat ini bahwa nabi Muhammad diutus sebagai rasul yang menerima wahyu
untuk disampaikan kepada umatnya, dan wahyu itu adalah Al-Qur’an yang kita
kenal sebagai mukjizat beliau. Untuk dijadikan petunjuk atau pedoman hidup
manusia.
4).
Q.S
Al-Kahfi ayat 66
Dalam ayat
tersebut menjelaskan kisah nabi Musa yang ingin berguru kepada nabi Khidir.
3.2 Kritik dan Saran
Dalam makalah
ini kami menyadari terdapat banyak kekurangan baik dalam materi maupun
penulisannya, oleh sebab itu kami bersedia menerima kritikan yang membangun
demi kesempurnaan pembahasan dan penulisan makalah ini. Sebaiknya bagi anda
para pengenyam pendidikan agar lebih kritis terhadap fenomena-fenomena
disekitar, dan dapat mengintegrasikan antara fenomena tersebut dengan kalam
Allah agar kita dapat mengambil pesan (hikmah) yang terkandung di dalamnya
untuk dijadikan pembelajara dalam hidup.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Maraghi,
Ahmad Mustofa.1989. Tafsir Al-Maraghi jilid XIV. Semarang: Karya Toha
Putra.
Al-Maraghi,
Ahmad Mustofa. 1989. Tafsir Al-Maraghi jilid XXVII. Semarang: Karya Toha
Putra.
Departemen
Agama RI. 2009. Al-Qur’an Bayan. Jakarta: Al-Qur’an Terkemuka.
Departemen
Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid IX. Jakarta: Lentera
Abadi.
Departemen
Agama RI. 2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya jilid V. Jakarta: Lentera Abadi.
Shihab,
Quraisy. 2002. Tafsir Al-Misbahjilid XIII. Jakarta: Lentera Hati.
Syihab,
Quraisy. 2002. Tafsir Al Misbah Jilid VIII. Jakarta: Lentera Hati.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar