Kamis, 25 Oktober 2018

makalah ulumul qur'an makiyah dan madaniyah


BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Al-Qur’anul Karim adalah mukjizat Islam yang kekal dan mukjizatnya selalu diperkuat oleh kemajuan ilmu pengetahuan. Ia diturunkan oleh Allah kepada Rasulullah, Muhammad SAW. Untuk mengeluarkan manusia dari zaman yang dipenuhi kegelapan menuju zaman yang terang benderang, serta membimbing manusia kejalan yang lurus. Rasulullah SAW. Menyampaikan Al-Qur’an itu kepada para sahabatnya –orang-orang Arab asli– sehingga mereka dapat memahami isi Al-Qur’an berdasarkan naluri mereka. Apabila mereka mengalami kesulitan dalam memahami ayat Al-Qur’an, mereka dapat menanyakan langsung kepada Rasulullah SAW.
Ayat-ayat Al-Qur’an ada yang diturunkan dikota Makkah dan sekitarnya dan ada juga yang diturunkan dikota Madinah dan sekitarnya, sehingga dalam Al-Qur’an ada surah yang diberi nama surah Makkiyah dan ada pula surah yang diberi nama surah Madaniyah.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Apa definisi Makki dan Madani ?
2.    Apa macam-macam norma perbedaan antara Makki dan Madani ?
3.    Bagaimana ketentuan dan ciri khas dari Makki dan Madani ?

1.3  Maksud dan Tujuan
1.        Mahasiswa mampu menjelaskan perihal definisi Makki dan Madani.
2.        Mahasiswa mampu memahami norma perbedaan antara Makki dan Madani.
3.        Mahasiswa mampu memahami dan mengetahui ketentuan dan ciri khas Makki dan Madani.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1  Pengertian Makki dan Madani
Secara bahasa Makki adalah Mekkah dan Madani adalah Madinah. Sedangkan Pengertian Makki dan Madani secara istilah terdapat tiga pengertian yang dipakai oleh para ulama’ dalam mengartikan Makki dan Madani, yaitu :
Pertama: Makki adalah sesuatu (ayat atau surat) yang diturunkan di Makkah walaupun turunnya itu setelah hijrah. Yang termasuk turun di Makkah adalah daerah-daerah yang masih dalam kawasan Makkah, seperti di Mina, Arafah, dan Hudaibiyah. Sedangkan  Madani adalah sesuatu yang diturunkan di Madinah. Yang termasuk turun di Madinah adalah seperti di kawasan Badar dan Uhud. Pembagian ini berdasarkan tempat turunnya Al-Qur’an (segi makani/tempat).
Kedua: Makki adalah sesuatu yang mengkhitabi penduduk Mekkah, sedangkan  Madani sesuatu adalah yang mengkhitabi penduduk Madinah. Dari pengertian ini, dapat difahami bahwa ayat-ayat Al-Qur’an yang dimulai dengan ياايهاالناس adalah ayat Makkiyah, dan ayat-ayat yang dimulai dengan ياايهاالذين امنوا adalah termasuk ayat Madaniyah. Karena kebanyakan orang kafir itu dari penduduk Makkah, meskipun dari penduduk Madinah juga ada yang kafir. Begitu juga kebanyakan orang beriman itu dari penduduk Madinah, meskipun dari penduduk Makkah juga ada yang beriman.
Ketiga: Makki adalah sesuatu (ayat atau surat) yang diturunkan sebelum hijrah walaupun ayat atau surat tersebut turun selain di Makkah. Sedangkan Madani adalah sesuatu yang diturunkan setelah hijrah,baik yang turun di Makkah maupun di Madinah. Dan ini termasuk pendapat yang paling terkenal (masyhur).
           Dari definisi tersebut bahwa dapat kita ambil kesimpulan bahwa definisi Makki dan Madani terbagi menjadi tiga yaitu ditinjau dari segi tempat turunnya, objek yang ditujunya (khitab) dan waktu turunnya. Dan pendapat yang paling terkenal adalah definisi Makki dan Madani ditinjau dari waktu turunnya.
2.2  Perbedaan Makki dengan Madani

Untuk membedakan Makki dengan Madani, para „Ulama‟ mempunyai tiga macam pandangan yang masing-masing mempunyai dasarnya sendiri.
a.       Dari segi waktu turunnya. Makki adalah yang diturunkan sebelum hijrah meskipun bukan di Mekah. Madani adalah yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun bukan di madinah. Yang diturunkan sesudah hijrah sekalipun di Mekah atau „Arafah, adalah Madani seperti yang diturunkan pada tahun penaklukan kota Mekah, misalnya firman Allah;

۞إِنَّ اللَّهَ يَأْمُرُكُمْ أَنْ تُؤَدُّوا الْأَمَانَاتِ إِلَىٰ أَهْلِهَا
 Artinya:
“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanah kepada yang berhak.”(an-Nisa‟:58)
Pendapat ini lebih baik dari kedua pendapat berikut, karena ia lebih memberikan kepastian dan konsisten.
b.      Dari segi tempatnya. Makki ialah yang turun di Mekah dan sekitarnya seperti Mina, Arafah dan Hudaibiyah. Dan Madani adalah turun di Madinah dan sekitarnya, seperti Uhud, Quba‟ dan Sil‟. Pendapat ini mengakibatkan tidak adanya pembagian secara kongkrit yang mendua, sebab yang turun dalam perjalanan , di Tabuk atau di Baitul Maqdis tidak termasuk ke dalam salah satu bagiannya, sehingga ia tidak dinamakan Makki dan tidak juga Madani. Juga mengakibatkan bahwa yang diturunkan di Mekah sesudah hijrah disebut Makki.
c.       Dari segi sasarannya. Makki adalah yang seruannya ditujukan kepada penduduk Mekah dan Madani adalah yang seruannya ditujukan kepada  penduduk Madinah. Berdasarkan pendapat ini, para pendukungnya menyatakn bahwa ayat Qur‟an yang mengandung seruanya ayyuhannas (wahai manusia) adalah Makki; sedang ayat yang mengandung seruan ya ayyuhal ladzina amanu (wahai orang-orang yang beriman) adalah Madani.  Namun melalui pengamatan cermat, Nampak bagi kita bahwa kebanyakan surah Qur‟an tidak selalu dibuka dengan salah satu seruan itu. Dan ketentuan demikian pun tidak konsisten. Misalnya, surah baqarah itu Madani, tetapi di dalamnya terdapat ayat yang awal ayatnya berbunyi ya ayyuhan nasu. Dan surah an-Nisa‟ itu Madani, tetapi permulaannya “ ya ayyuhan nas”. Surah al-Hajj, Makki, tetapi di dalamnya juga terdapat ayat yang awalnya berbunyi ya ayyuhal ladzina amanu.
2.3  Tanda-tanda Surat Makiyah dan Madaniyah
a.              Cara Mengetahui Makiyah dan Madani
Untuk mengetahui tanda-tanda suatu surah/ayat itu Makiyah dan Madani, tidak ada jalan lain kecuali harus dengan dasar riwayat dari para sahabat Nabi atau para tabi‟in yang menjelaskan hal tersebut, karena mereka sudah menyaksikan sendiri waktu-waktu turunnya wahyu, cara-cara turunnya dan materinya serta kasus yang menyebabkan turunnya.
b.             Tanda-Tanda Makiyah dan Madaniyah
Dari keterangan para sahabat Nabi dan tabi‟in, dapatlah diketahui tanda-tanda dari surah-surah Makiyah ataupun Madaniyah.
1.      Tanda-Tanda Surah Makiyah.
Sesuatu surah/ayat adalah Makiyah, kalau surah/ayat itu mempunyai tanda-tanda sebagai berikut:
1)      Di mulai dengan Nida‟  (panggilan): “Ya Ayyuhan Naasu” dan sebangsanya.
2)      Di dalamnya terdapat lafal: “Kalla.” Lafad tersebut terdapatdalam seluruh Alquran ada 33 kali dalam 25 surah-surah dibagian akhir Mushaf Utsman.
3)      Di dalamnya terdapat ayat sajdah ( disunahkan bersujud tilawah  jika membacanya).
4)      Di permulaannya terdapat huruf Tahajji (huruf yang terpotong- potong), seperti huruf: dan sebagainya.
5)      Di dalamnya terdapat cerita-cerita para Nabi dan umat-umat terdahulu, selain surah Al-Baqarah dan Al-Maidah.
6)      Di dalmnya terdapat cerita-cerita terhadap kemusyrikan dan  penyembah-penyembah terhadap selain Allah.
7)      Di dalamnya berisi keterangan-keterangan adat kebiasaan orang-orang kafir dan orang-orang musyrik yang suka mencuri, merampok, membunuh, mengubur hidupp-hidup anak  perempuan, dan sebagainya.
2.      Tanda-Tanda Surah Madaniyah.
Tanda-tanda dari surah Madaniyah ini banyak, antara lain sebaigai berikut.
1)      Di dalamnya berisi hokum-hukum pidana, seperti tindak pidana  pencurian, pembunuhan, perampokan, penyerangan, perzinaan, kemurtadan, dan tuduhan zina.
2)      Di dalamnya berisi hokum-hukum faraid.
3)      Berisi izin jihad fi sabilillah dan hokum-hukumnya.
4)      Berisi keterangan mengenai orang-orang munafiq dan sifat-sifat serta perbuatan-perbuatannya.
5)      Berisi hukum-hukum ibadah
6)      Berisi hukum-hukum muamalah
7)      Berisi hokum-hukum munakahat
8)      Berisi hokum-hukum kemsyarakatan, kenegaraan.
9)      Berisi dakwah (seruan) kepada orang-orang Yahudi dan Nasrani serta penjelasan aqidah-aqidah mereka yang menyimpang.
10)  Berisi ayat-ayat nida‟(panggilan) yang ditujukan kepada penduduk Madinah yang Islam, dan khithab (seruan): “ yaa Ayyuhal Ladziina Aamanu”.

2.4  Macam-Macam Surah Makiyah dan Madaniyah dan Dasarnya
2.4.1  Macam-macam Surah Makiyah dan Madaniyah
Pada umumnya, para ulama‟ membagi macam-macam surah Alquran menjadi dua kelompok, yaitu surah-surah Makiyah dan Madaniyah. Mereka  berbeda pendapat dalam menetapkan jumlah masing-masing kelompoknya. Sebagian ulama‟ mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah ada 94 surah, sedang surah Madaniyah ada 20 surah. Sebagian ulama‟ lain mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah ada 84 surah, sedangkan yang Madaniyah ada 30.
Dr. Abdullah Syahhatah dalam bukunya Al-Qaur‟an Wat Tafsir mengatakan, surah-surah Alquran yang disepakati para ulama‟ sebagai surah Makiyah ada 82, dan yang disepakati sebagai suran Madaniyah ada 20, yaitu:


1)      Al-Baqarah,
2)      Ali „Imran,
3)      An-Nisa‟,
4)      Al-Maidah,
5)      Al-Anfal,
6)      At-Taubah,
7)      An-Nur ,
8)      Al-Ahzab,
9)      Muhammad,
10)  Al-Fath,
11)  Al-Hujurat,
12)  Al-Hadid,
13)  Al-Mujadalah,
14)  Al-Hasyr,
15)  Al-Mumtahanah,
16)  Al-Jumu‟Ah,
17)  Al-Munafiqun,
18)  At-Thalaq,
19)  At-Tahrim,
20)  An-Nasr



Sedang yang diperselisihkan ada 12 surah, yaitu:


1.                       Al-Fatihah
2.                       Ar-Ra‟D,
3.                       Ar-Rahman,
4.                       As-Shaff,
5.                       At-Taghabun,
6.                       At-Thafif,
7.                       Al-Qodar,
8.                       Al-Bayyinah,
9.                       Az-Zalzalah,
10.                   Al-Ikhlas,
11.                   Al-Falaq,
12.                   An-Nas


Sebagian ulama‟ ada yang mengatakan, bahwa jumlah surah Makiyah ada 58 surah, sedang surah Madaniyah ada 29 surah. Perbedaan-perbedaan pendapat para ulama‟ itu dikarenakan adanya sebagian surah yang seluruh ayat-ayatnya Makiyah dan Madaniyah, dan ada sebagian surah lain yang tergolong Makiyah atau Madaniyah, tetapi di dalamnya berisi sedikit ayat yang lain statusnya. Karena itu, dari segi Makiyah dan Madaniyah ini, maka surah-surah Alquran itu terbagi menjadi empat macam, sebagai berikut:
a)    Surah-surah Makiyah Murni Yaitu surah-surah Makiyah yang seluruh ayat-ayatnya juga berstatus Makiyah semua, tidak ada satu pun yang Madaniyah.Surah-surah yang  berstatus Makiyah murni ini seluruhnya ada 58 surah, yang berisi 2.074 ayat. 
b)   Surah-surah Madaniyah Murni Yaitu surah-surah Madaniyah yang seluruh ayat-ayatnya pun Madaiyah semua, tidak ada satu ayat pun yang Makiyah. Surah-surah yang  berstatus Madaniyah murni ini seluruhnya menurut penelitian penulis ada 18 surah, yang terdiri dari 737 ayat c)
c)    Surah-surah Makiyah yang Berisi Ayat Madaniyah Yaitu surah-surah yang sebetulnya kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyah, sehingga berstatus Makiyah, tetapi di dalamnya ada sedikit ayatnya yang berstatus Madaniyah.Surah-surah yang demikian ini dalam Alquran ada 32 surah, yang terdiri dari 2699 ayat.
d)   Surah-surah Madaniyah yang Berisi Ayat Makiyah Yaitu surah-surah yang kebanyakan ayat-ayatnya berstatus Madaniyah.Surah-surah yang demikian ini dalam Alquran hanya ada enam surah, yang terdiri dari 726 ayat.
2.4.2  Dasar-dasar Penetapan Makiyah dan Madaniyah
Adapun dasar yang dapat menentukan sesuatu surah itu Makiyah atau Madaniyah, seperti di atas itu ada dua hal, yaitu:
a)      Dasar Aghlabiyah (mayoritas), yakni sesuatu surah itu mayoritas atau kebanyakan ayat-ayatnya adalah Makiyah, maka disebut sebagai surah Makiyah. Sebaliknya, jika yang terbanyak ayat-ayat dalam sesuatu surah itu adalah Madaniyah, atau diturunkan setelah Nabi hijrah ke Madinah, maka surah tersebut disebut sebaai surah Madaniyah. 
b)      Dasar taba‟iyah (kontinuitas), yakni kalau permulaan sesuatu surah itu didahului dengan ayat-ayat yang turun di Mekkah / turun sebelum hijrah, maka surah tersebut disebut atau berstatus sebagai surah-surah Makiyah. Begitu pula sebaliknya jika ayat-ayat pertama dari suatu surah itu diturunkan di Madinah atau yang berisi hukum-hukum syari‟at, maka surah tersebut dinamakan sebagai surah Madaniyah.
2.5  Faedah Mengetahui Makki dan Madani
Dengan mengetahui Ilmu Makki dan Madani ini akan banyak membawa hikmah dan faedah serta kegunaan yang bermacam-macam, antara lain sebagai  berikut:
a)      Mudah diketahui mana ayat-ayat yang turun lebih dahulu dan mana ayat yang turun belakangan dari kitab suci Alquran. 
b)      Mudah diketahui mana ayat-ayat Alquran yang hukum/bacaannya telah dinaskh (dihapus dan diganti), dan mana ayat-ayat yang menashknya, khususnya bila ada dua ayat yang menerangkan hukum sesuatu masalah, tetapi ketetapan hukumnya bertentangan yang satu dari yang lain. Dalam hal seperti itulah harus dicari mana ayat yang turun lebih dahulu, yaitu mana yang Makiyah, sehingga mungkin ayat itulah yang telah dihapus dan diganti hukum atau bacaannya oleh ayat yang turun kemudian atau yang Madaniyah sebagai nasikh atau penghapus/penggantinya.
c)      Mengetahui dan mengerti sejarah pensyariatan hokum-hukum Islam (taarikhut tasyri‟) yang amat bijaksana dalam menetapkan peraturan- peraturan.
d)     Mengetahui hikmah disyari‟atkannya sesuatu hukum (hikmatut tasyri‟). Sebab, dengan Ilmu Makki dan Madani dapat diketahui tarekh tasyri‟ yangdalam mensyariatkan hukum-hukum Islam itu secara bertahap, sehingga dapat pula diketahui mengapa sesuatu hukum itu disyariatkan secara demikian. Contohnya, seperti diharamkanya minuman keras, yang penetapan hukumnya itu secara bertahap. Mula-mulahanya diterangkan ada bahanya yang lebih besar daripada manfaatnya, sebagaimana siterangkan dalam firman Allah SWT:
۞ يَسْأَلُونَكَ عَنِ الْخَمْرِ وَالْمَيْسِرِ ۖ قُلْ فِيهِمَا إِثْمٌ كَبِيرٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَإِثْمُهُمَا أَكْبَرُ مِنْ نَفْعِهِمَا ۗ وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ ۗ كَذَٰلِكَ يُبَيِّنُ اللَّهُ لَكُمُ الْآيَاتِ لَعَلَّكُمْ تَتَفَكَّرُونَ
Artinya:katakanlah: pada keduanyan (khamr dan judi) itu terdapat dosa yang besar dan beberapa manfaat bagi manusia, tetapi dosanya lebih besar daripada manfaatnya” (QS. Al-Baqarah: 219) Kemudian dijelaskan keharaman khamr pada waktu-waktu tertentu, seperti yang dijelaskan dalam firman Allah SWT:
ا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأَنْتُمْ سُكَارَىٰ حَتَّىٰ تَعْلَمُوا مَا تَقُولُونَ وَلَا جُنُبًا إِلَّا عَابِرِي سَبِيلٍ حَتَّىٰ تَغْتَسِلُوا ۚ وَإِنْ كُنْتُمْ مَرْضَىٰ أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍ أَوْ جَاءَ أَحَدٌ مِنْكُمْ مِنَ الْغَائِطِ أَوْ لَامَسْتُمُ النِّسَاءَ فَلَمْ تَجِدُوا مَاءً فَتَيَمَّمُوا صَعِيدًا طَيِّبًا فَامْسَحُوا بِوُجُوهِكُمْ وَأَيْدِيكُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَفُوًّا غَفُورًا 
Artinya:hai orang -orang yang beriman, jangan lah kalian shalat, sedang kalian dalam keadaan mabuk, sehingga kalian mengerti apa yang kalian ucapkan”.(QS. An-Nisa‟: 43) Setelah itu, baru ditegaskan keharaman khamr pada firman Allah SWT:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالْأَنْصَابُ وَالْأَزْلَامُ رِجْسٌ مِنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ
 فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
Artinya:hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya khamr, berjudi (berkorban untuk) berhala dan mengundi nasib dengan panah itu adalah perbuatan keji dari tindakan setan, maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kalian mendapat keberuntungan. (QS. Al-Maidah: 90)
e.         Dengan mengetahui Ilmu Makki wal madani yang dapat mengetahui hikmatut tasyri‟ itu, akan bisa menambah kepercayaan orang terhadap kewahyuan Alquran, karena melihat kebijaksanaannya dalam menetapkan hukum-hukum ajarannya secara terhadap sehingga mudah dimengerti, dihayati, dan diamalkan orang.
f.         Meningkatkan keyakinan orang terhadap kesucian, kenurnian dan keaslian Alquran, melihat bahwa hukum-hukum ajarannya atau pun bentuk tulisannya dan kata-kata serta kalimatnya masih tetap orsinil, tidak berkurang atau  bertambah satu huruf atau ketentuan satu huruf pun. Dengan demekian,  betul-betul merupakan realisasi dari jaminan Allah SWT, seperti diterangkan firman Allah SWT:
إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ
Artinya:“sesungguhnya Kamilah yang menurunkan Alquran dan sesungguhnya  Kami pulalah yang memeliharanya.”(QS. Al-Hijr: 9)
g.        Mengetahui perbedaan dan tahap-tahap dakwah Islamiah. Tahap-tahap dakwah Islamiah yang diterangkan dalam ayat-ayat Makiyah adalah berbeda dengan isi dan ajaran dari ayat-ayat Madaniyah, seperti yang telah diterangkan dalam tanda-tanda surah Makiyah dan Madaniyah di atas.
h.        hMengerti perbedaan ushlub-ushlub (bentuk bahasa) Alquran, yang dalam surah-surah Makiyah berbeda dengan yang dalam surah-surah Makiyah. Sebab, dalam surah-surah Makiyah yang ditujukan kepada orang-orang kafir Quraisy, yang banyak pakar ahli bahasa arabnya memakai ushlub singkat dan padat, sedangkandalam surah-surah Madaniyah yang dituukan kepada  penduduk Madinah yang hiterogen, yang banyak orang-orang asing belum mengenal bahasa arab, menggunakan ungkapan panjang dan lebar agar mudah diserap mereka.
i.          Ilmu Makki dan Madani situasi dan kondisi masyarakat kota makkah dan madinah dapat diketahui, khususnya pada waktu turunnya Alquran.
j.          Untuk dijadikan alat bantu dalam menafsirkan Alquran, sebab pengetahuan mengenai tempat turun ayat dapat membantu memahami ayat tersebut dan menafsirkannya dengan tafsiran yang benar, sekalipun yang menjadi  pegangan adalah pengertian umum lafadz, bukan sebab yang khusus.
k.        Meresapi gaya bahasa Alquran dan memanfaatkannya dalam metode  berdakwah menuju jalan Allah, sebab setiap situasi mempunyai bahasa tersendiri. Karakteristik gaya bahasa Makki dan madani dalam Alquran pun memberikan kepada orang yang mempelajarinya sebuah metode dalam  penyampaian dakwah ke jalan Allah yang sesuai dengan kejiwaan lawan  berbicara dan menguasai pikiran dan perasaanya serta mengatasi apa yang ada dalam dirinya dengan penuh kebijaksanaan.
l.          Mengetahui sejarah hidup Nabi melalui ayat-ayat Alquran, sebab turunnya wahyu kepada Rasulullah sejalan dengan sejarah dakwah dengan segala  peristiwanya, baik pada periode Makkah maupun Madinah, sejak permulaan turun wahyu hingga ayat terakhir diturunkan.
















BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Mempelajari dan memahami ayat Makki dan Madani sangatlah penting dalam Ulumul Qur’an, bukan hanya dari segi pengetahuan sejarah tetapi juga untuk memahami dan menafsirkan ayat-ayat yang bersangkutan tersebut. Turunnya Al-Quran itu ada fase-fase proses turunya Al-Quran yang mana itu berkaitan dengan tempat dan nama-nama surat Dalam bab sebelumnya.
Perbedaan antara Makki dan Madani diantaranya Makki adalah setiap surat yang mengandung ayat sajdah,  Setiap surat yang terdapat seruan ياايهاالناس, setiap surat yang dimulai huruf tahajji (huruf hijaiyah), juga setiap suku katanya pendek-pendek dan disertai dengan makna yang mengesankan dan pembahasannya mengenai tauhid, dasar-dasar ibadah, kisah umat-umat terdahulu. Sedangkan ciri-ciri Madani diantaranya setiap surat yang membahas tentang faridhah dan had juga hal-ihwal orang munafik dan Ahl Kitab dan juga penjelasan tentang muamalah, kekeluargaan, warisan dan lain sebagainya. Pada umumnya ayat-ayat dan surat-surat Madaniyah panjang-panjang.

3.2  Saran
Kita sebagai umat beragama (Islam) yang memiliki kitab suci yaitu Al-Qur’an hendaknya menjaganya dengan baik. Menjaganya dengan baik di sini bermaksud kita supaya menjaga keaslian dari isi Al-Qur’an itu, yaitu dengan cara kita menghafalkannya, mengkajinya, agar ketika kita mengamalkannya itu adalah kebenaran yang mutlak tidak ada sangkut pautnya dengan sesuatu kebohongan yang bisa menjerumuskan ke jalan yang salah.



DAFTAR PUSTAKA

Shubhi al-Shalih, Mabahis fi ‘Ulum al-Qur’an, (Beirut-Libanon: Dar al-‘Ilmi li al malayin, 1972), h.165
Soleh Muhammad Basalamah, pengantar Ilmu al-Qur’an, (Semarang: Dina Utama,1997), h. 25. Lihat juga Shubhi al-Shalih, ibid., h. 168.
Manna al-Qaththan, Mabâhits fi ‘Ulûûm al-Qur’an,(beirut: al-Syirkah al-Muttahidah li al-Tauzi’, 1973), h. 62. Bandingkan dengan Shubhi al-Shalih, Ibid., h. 167
Abdul Djalal, Ulumul Qur’an (Surabaya: Dunia Ilmu, 1998), h. 86.
Abdullah Syihhatah, ‘Ulum al-Qur’an wa al-Tafsir, (Kairo: Dar al-I’tisham, 1982), h. 51.
Makfhudhoh,Nur,htmlhttp://www.academia.edu/9364938/Ilmu_Makki_Dan_Madani_ di akses 28 November 2016
Batisi,nur, .htmlhttp://nurbaitisistalala12.blogspot.co.id/2015/04/makki-dan-madani di akses 28 November 2016


Tidak ada komentar:

Posting Komentar